Kota Kelahiran Yesus Kristus, Betlehem, dilaporkan sepi dari peziarah di tengah perayaan Natal tahun ini. Pasalnya, akses jalan menuju Betlehem hancur akibat badai salju yang melanda kawasan Timur Tengah.
Betlehem terletak di wilayah Tepi Barat yang menjadi bagian Palestina. Namun, kota tersebut telah lama diduduki pasukan Israel.
“Kami tutup pekan lalu karena peziarah yang datang sangat sedikit. Bus yang mereka tumpangi tidak bisa masuk karena salju,” ujar pemilik toko di Betlehem, Nabil Giacaman, seperti dikutip Deutsche Welle, Rabu (24/12/2013).
Meskipun demikian, Giamacan bersyukur Natal tahun ini terbebas dari konflik. Umat Kristen di Betlehem kerap terjebak pertempuran antara pasukan Israel dengan pejuang Palestina.
Betlehem sebenarnya menjadi simbol kerukunan umat beragama di Timur Tengah. Umat Kristen dan Muslim di Betlehem hidup berdampingan secara damai.
“Di Betlehem, kami semua merasa sebagai bangsa Palestina. Tidak ada permusuhan antara Kristen dan Muslim. Yang ada hanya konflik politik antara Fatah dengan Hamas,” tutur Wali Kota Betlehem Vera Baboun.
Meskipun berasal dari kelompok Kristen, suami Baboun, Jonny, merupakan anggota Fatah. Jonny juga ikut berjuang dalam Intifada pertama. Saat wafat pada 2007, Jonny ditasbihkan sebagai martir oleh warga Betlehem.
Namun, sebagian pihak merasakan sikap radikal masih mengancam umat Kristen di Betlehem. Kelompok radikal bukan hanya berasal dari Muslim saja, tetapi juga warga Yahudi.
“Sebagai kelompok minoritas kami terjepit oleh ancaman kelompok radikal baik dari Muslim maupun Yahudi,” ucap warga Kristen Betlehem lainnya, Samir Qumsieh.